Minggu, 28 April 2019

Profil dan Biodata "Rendy Tamamilang" secara Lengkap

Pada kesempatan ini, saya akan membahas mengenai biodata dan perjalanan karier Rendy Febriant Tamamilang atau yang akrab disapa "Rendy Tamamilang". Sudahkah pembaca mengenal Rendy tamamilang? Jika sobat pembaca adalah penggemar olahraga bola voli pasti, kamu sudah kenal dengan salah satu pemain bola voli Indonesia saat ini tersebut.

Rendy tamamilang adalah seorang pemain bola voli asal Belitung, sebuah kota yang terletak di provinsi sulawesi utara. Dia lahir pada tanggal 12 Februari 1996, saat ini dia berusia 22 tahun, walaupun berusia muda dia sudah menjadi andalan tim surabaya bhayangkara samator.

Rendy tamamilang menyukai olahraga bulutangkis sejak kelas 2 SD, saat itu dia hanya bermain bola voli ikut-ikutan saja. Barulah saat Rendy tamamilang bersekolah tingkat SMP, dia mulai serius belatih bola voli dan mengikuti kejuaraan bola voli tingkat SMP.
biodata lengkap rendy tamamilang
biodata lengkap rendy tamamilang
Baca Juga:
Ini Dia 5 Perlengkapan dan Peralatan Wajib Bola Voli
Rendy tamamilang berlatih bola voli secara otodidak sejak kecil, mungkin ini adalah bawaan DNA bola voli dari kakeknya yang merupakan atlet bola voli yang sempat bermain untuk tim nasional bola voli Indonesia.

DNA bola voli yang ada pada Randy tamamilang terbukti dengan raihan MVP proliga 2014 yang didapatkannya ketika membela Surabaya samator. Perlu dicatat ketika meraih gelar tersebut, randy tamamilang dalam usia 18 tahun yang masih tergolong belia.

Setelah 2 tahun kemudian randy tamamilang mendapatkan 2 gelar bergengsi, yang pertama dia berhasil mempertahankan medali emas untuk Tim Prov Jatim diajang PON 2016. tak hanya itu, randy tamamilang juga meraih juara pro liga bersama surabaya samator.
Untuk selengkapnya mengenai biodata, profil, perjalanan karier dan semua tentang randy tamamilang lainnya, sobat bisa membaca kelanjutannya berikut, dibaca dengan seksama ya:

profil rendy tamamilang
profil rendy tamamilang
Baca Juga:
Inilah 4 Teknik Dasar Bola Voli yang Wajib Diketahui

Profil Rendy Tamamilang

  • Nama Rendy Febriant Tamamilang
  • Panggilan Rendy
  • Tempat Tanggal Lahir: Bitung, Sulawesi Utara, 12 Februari 1996
  • Usia: 22 Tahun
  • Tinggi/berat: 191 cm/80 kg
  • Posisi bermain: Open Spike
  • Nama orang tua: Frits Tamamilang (ayah), Pegy Janis (ibu)
  • Pemain idolanya adalah I Nyoman Rudi Tirtana

Perjalanan Karir Rendy Tamamilang

  • Klub: (2011-Sekarang) Surabaya Bhayangkara Samator
  • Timnas: (2015-Sekarang) Indonesia

Prestasi yang Pernah Diraih

  1. Juara Popda Sulut 2009
  2. Juara Kejurnas Junior 2012 dan 2013
  3. Juara Asian School Games 2013
  4. Juara Proliga 2014 MPV proliga 2014 Medali perak Sea Games 2015
  5. Juara Proliga 2016 Medali emas PON XIX 2016 (jatim)
  6. Juara 4 Kejuaraan Voli Asia (Timnas)
  7. Medali Perak SEA Games 2017

Media Sosial

  • Instagram: rendytamamilang
  • Twitter: tftamamilang17

Senin, 22 April 2019

PROFIL RIVAN NURMULKI, ANAK JAMBI YANG SUKSES DI SAMATOR


           Rivan Nurmulki, peraih MPV Proliga 2016 ini memang masih terbilang baru di kancah voli indonesia. Namun perjuangannya untuk bisa menjadi pemain profesional tidaklah mudah. Rivan harus jauh dari orangtuanya di Jambi, demi menimba ilmu di Surabaya samator yang jaraknya ribuan kilometer. Usahanya tak sia-sia, hasil selalu berbanding lurus dengan usaha yang kita lakukan.

       Awalnya Rivan tidak terlalu berminat pada voli. Namun, melihat tinggi badannya yang menjulang saat SMA. pada tahun 2012 saat usianya sudah menginjak 17 tahun, Rivan akhirnya mulai coba-coba bermain voli. Dan Rivan pun mulai tampil dalam berbagai turnamen di daerahnya Bangko, Jambi kala itu. Dari turnamen ke turnamen dan pertandingan, penampilannya semakin berkembang. Saat itu Rivan hanya mengandalkan kekuatan pukulan dan tinggi badan, sedangkan teori dasar voli belum ia kuasai betul.


Hingga akhirnya saat Rivan bermain di ajang Kapolda Cup jambi, bakat Rivan terpantau oleh pemandu bakat dari klub Surabaya Samator. Mereka tertarik mengajak bergabung Rivan karena melihat tinggi badannya yang ideal (194 cm) untuk pemain voli.

Nama besar Samator di olahraga voli nasional membuat Rivan tertarik untuk bergabung meskipun dia harus jauh dari orang tua. Pindah ke Samator, pemain kelahiran 16 Juli 1995 tersebut harus hijrah ke Sidoarjo yang merupakan markas Samator. Letaknya sangat jauh dari daerah asalnya, Jambi.

Gambar terkait

Rivan sangat senang berlatih dengan pemain Idolanya Ayip Rizal. Saat latihan dan pertandingan, Ayip banyak memberikan masukan kepada Rivan untuk memperbaiki kesalahan dan memberikan pengalamannya untuk Rivan. Sehingga dirinya makin bersemangat untuk berlatih dan meningkatkan performanya.

Kini, Usaha dan kerja keras Rivan membuahkan hasil yang manis. Pada ajang Proliga 2016 lalu, Rivan meraih penghargaan MVP (Most Valuabe Player).sifatnya yang agak sedikit pemalu membuat Panitia berulang kali memanggil namanya saat pemberian Penghargaan MVP. Bahkan, kawan-kawannya sampai harus menariknya ke podium untuk mengambil penghargaan tersebut.

Pada SEA Games 2015 Singapura tahun lalu, tim nasional bola voli Indonesia tidak melakukan seleksi bertahap pada sejumlah pemain seperti yang biasa dilakukan menjelang even besar sebelumnya. Seleksipun dilakukan hanya berdasarkan atas penampilan para pemain di ajang Proliga 2015 saja.


Pebola volly dari klub Surabaya bhayangkara Samator tersebut setidaknya menerima dua gelar pemain terbaik hingga pertengahan 2018.

Pada gelaran proliga 2018 yang berakhir pada minggu(15/04/2018) lalu,Rivan didaulat sebagai Most Vluable Player(MVP) proliga 2018.

berselang sebulan kemudian Rivan kembali mendapat gelar MVP saat memperkuat Timnas volly putra indonesia di gelaran piala LientVietPostBank2018.


Biodata Rivan Nurmulki :

Nama : Rivan Nurmulki
Tempat tanggal lahir : Bangko jambi 16 juli 1995
Klub : Surabaya Samator : 2013 – sekarang

Prestasi :

2014
Juara Proliga 2014
Juara Livoli 2014
Medali Perak Asean University Games
2015
Runner-up Proliga 2015
Runner-up Livoli 2015
Peringkat 9 Kejuaraan Asia U-23
Medali Perunggu SEA Games 2015

2016
Juara Proliga 2016
Spiker Terbaik Proliga 2016
Pemain Terbaik (MVP) Proliga 2016
Pemain terbaik (MVP) P 2017/2018

Sejarah singkat Mohammad Hatta

Hasil gambar untuk foto bung hatta
Dr. Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Muhammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bandar udara internasional Jakarta, Bandar Udara Soekarno-Hatta, menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya. Selain diabadikan di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga diabadikan di Belanda yaitu sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem dengan nama Mohammed Hattastraat. Pada tahun 1980, ia meninggal dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986

Latar Belakang dan Pendidikan

Hatta dilahirkan pada 12 Agustus 1902 di Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat) dengan nama Muhammad Athar. Ia merupakan putra dari pasangan Mohammad Djamil asal Batu Hampar, Akabiluru, Lima Puluh Kota dan Siti Saleha asal Kurai, Bukittinggi.[2] Ayahnya merupakan anggota keluarga ulama terkemuka di Minangkabau yang meninggal saat Hatta berusia delapan bulan. Sedangkan ibunya datang dari keluarga pedagang yang terpandang.
Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu Fort de Kock dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.
Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul "Lampau dan Datang".

Perjuangan

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimba pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis.
Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat sebagai Bendahara. Ketika di Belanda ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah berkembang iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Ernest Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai orang buangan akibat tulisan-tulisan tajam anti-pemerintah mereka di media massa.
Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini Hatta mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, "Namaku Hindania!" begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kimpoi lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. "Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku," rutuk Hatta lewat Hindania.
Pemuda Hatta semakin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara Jong Sumatranen Bond Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau yang mukim di Batavia, dan diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Setiap Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Persoalan utama yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan Bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, “karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.

Profil dan Biodata "Rendy Tamamilang" secara Lengkap Pada kesempatan ini, saya akan membahas mengenai biodata dan perjal...